Kecemasan Tokoh Agama dan Pemimpin Spiritual Indonesia Menjelang Pemilu 2024

Seruan dan Ajakan Forum Peduli Indonesia Damai Kepada Umat Jangan Terpecah Belah Menjelang dan Pasca Pemilu 2024

Redaksi

HIPAKAD63.NEWS | JAKARTA, –

Forum Peduli Indonesia Damai yang ketiga, setelah di Katedral Jakarta kemudian di Sahid Jaya Grand Hotel, Jakarta, anggota forum yang terdiri dari para pemuka agama dan pemimpin spiritual Indonesia menyampaikan kali ini kembali menyatakan sikap untuk menyikapi situasi Indonesia menjelang Pemilu 2024, di Graha Oikoumene .Jl. Salemba Raya 10, Jakarta Pusat, Senin 5 Januari 2024

Adapun pokok inti dari sikap keprihatinan Forum Peduli Indonesia Damai ini hadir sejumlah tokoh dalam konferensi pers ini adalah Dr. Kyai Haji Marsudi Suhud, Waketum MUI, Prof. Philip Wijaya, Ketum Permabudhi, Kardinal Ignatius Suharyo, Keuskupan Agung Jakarta, Xueshi Budi Tanuwibowo, Ketua Umum Matakin, Mayjen Purn Wisnu Bawa Tenaya Ketua Umum PHDI, Pdt Gomar Gultom Ketua Umum PGI, Sri Eko Sriyanto Galgendu, Pemimpin Spiritual Nusantara, dan Dr. Abdul Mukti, Engkus Raswana, Presidium Majlis Luhur Kepercayaan Indonesia.

Dalam pengantarnya, KH. Marsudi Suhut mengungkapkan ketika tokoh agama sudah terbagi-bagi menjadi pendukung pada semua Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden pada Pemilu 2024, maka Forum Indonesia Damai merasa perlu untuk menyerukan sekaligus mengajak warga masyarakat untuk menyikapi proses pelaksanaan Pemilu 2024 secara bijak dan memposisikan diri sebagai penengah. Karena itu, Forum Indonesia Damai akan terus melakukan pengawasan sampai pasca Pemilu Presiden, pada 15 Februari 2024 dalam bentuk pertemuan lanjutan serta evaluasi untuk kondisi dan situasi yang terjadi kemudian.

Secara khusus, Xueshi Budi Tanuwibowo, menambahkan setiap kami akan fokus mengamati, menjaga umat masing-masing. Sementara Sri Eko Suryanto Galgendu, berharap bangsa Indonesia tidak terpecah belah karena Pemilu 2924, tandasnya.

Kecemasan bagi Kardinal Ignatius Suharyo, karena membayangkan Indonesia seperti rumah yang indah, tetapi konstruksi bangunannya rapuh. Karena itu, menurut Kardinal Forum Indonesia Damai merasa perlu untuk menyerukan secara moral untuk menjaga akhlak yang mulia dalam menyikapi pelaksanaan Pemilu yang berkeadaban.

Adapun sikap Forum Indonesia Damai terhadap adanya kecenderungan pihak aparat pemerintah yang berpihak, justru Forum Indonesia Damai perlu hadir untuk menjaga dan akan selalu mengingatkan agar tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk chaos atau kerusuhan. Oleh karena itu Forum Indonesia Damai meminta aparat pemerintah tetap netral, imbuh Marsudi Suhud.

Enam butir seruan ketiga Forum Indonesia Damai ini (1) menggunakan hak pilih secara bertanggung jawab, (2) menentukan pilihan dengan jiwa bebas merdeka sesuai dengan hati nurani sendiri. Abaikan semua rayuan, bujukan, bisikan, ajakan, tekanan atau ancaman, ikuti suara hati nurani.

Berikutnya poin (3) ikut aktif menjaga dan mengawasi seluruh tahapan Pemilu agar sesuai dengan azas Luber, jurdil sehingga Pemilu dapat berlangsung aman, damai dan bermartabat. Adapun poin (4) tajamkan nalar dan suara hati, jangan memilih mereka yang bertentangan dengan dan atau melanggar prinsip Luber dan Jurdil. Dukung calon yang bermartabat menjunjung tinggi prinsip Luber dan Jurdil. Dan (5) jaga dan junjung tinggi persatuan di atas perbedaan pilihan dan persatuan bangsa. Serta poin (6) ingatkan seluruh anggota keluarga, sanak saudara, kawan dan sahabat bahwa Pemilu adalah momen penting bagi masa depan bangsa dan negara kita. Maka patut kita gunakan hak kita dengan sebaik-baiknya secara merdeka tanpa perlu memusuhi mereka yang berbeda pilihan. Meski berbeda, kita tetap bersaudara.

Do’a khusus yang dimohonkan secara khusus oleh, Sri Eko Sriyanto Galgendu selaku Pemimpin Spiritual Nusantara kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat memberkahi seluruh rakyat Indonesia dengan kebeningan hati dan pikiran yang jernih, penuh rasa kecintaan pada tanah air dengan tulus, murni dan mendalam. Amin. Om shanti-shanti-shanti Om. Sadhu-sadhu-sadhu. Shanzai. Rahayu.