Maydin Dilantik Menjadi Ketua Umum Toga Sijabat Se-Jabodetabek Periode 2024-2028

Tetap melestarikan adat istiadat dan budaya batak yang sudah ada semenjak nenek moyang secara turun temurun (opungnta sijolo-jolo tubu-red), terlebih untuk generasi muda yang lahir dan besar di perantauan

Redaksi

HIPAKAD63.NEWS | KOTA BEKASI, –

Setiap kumpulan marga orang batak pada awal memasuki tahun, rata-rata pada bulan Februari sampai bulan April merayakan bona taon (awal/pangkal tahun-red). Kalau Mangase Taon (akhir tahun-red) jarang diadakan, sebetulnya maknanya hampir sama.

Begitu juga dengan marga Sijabat se-Jabodetabek merayakan dengan bentuk Partangiangan Punguan Pomparan Toga Sijabat (PPTS), Boru dan Bere (Kebaktian/berdoa syukur seluruh kumpulan keturunan Sijabat-red) yang dihadiri sekitar 1300 orang dan tempatnya di gedung Graha Delima, Kota Bekasi. Sabtu, 14/4/2024.

Bona Taon kali agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, apa yang membuatnya berbeda? Karena bona tahun kali ini sekaligus pengukuhan/ dilantiknya Maydin R.H Gusar Sijabat, S.E, M.M menjadi Ketua Umum Toga Sijabat se-Jabodetabek periode 2024-2028. Dan ini yang pertama kalinya Raja Gusar Sijabat dipercaya memimpin Punguan Pomparan Toga Sijabat.

“Lestarikan Budaya dan Adat Istiadat Batak, Implementasikan Dalihan Na Tolu”

Dalam kegiatan tersebut Maydin yang juga sebagai Ketua Umum Krisnadwipayana Group Jatiwaringin (KGJ) yaitu perkumpulan mantan alumni Universitas Krisnadwipayana yang pernah kost di wilayah sekitar kampus, mantan pejabat Bank Tabungan Negara (BTN) dan anggota HIPAKAD’63 menyampaikan kepada redaksi Hipakad63.News (16/4) yaitu ;

Sejatinya kita semua perkumpulan marga orang batak yang di perantauan (dalam bahasa batak toba matao/pangarantaoan/ parserakan-red) tetap melestarikan adat istiadat dan budaya batak yang sudah ada semenjak nenek moyang secara turun temurun (opungnta sijolo-jolo tubu-red), terlebih untuk generasi muda yang lahir dan besar di perantauan agar terus melestarikan budaya leluhur nya. “Salah satunya tentang Dalihan Na Tolu atau “Tungku Nan Tiga” memiliki makna sistem pranata sosial patrilineal, artinya kedudukan laki-laki yang lebih utama, sehingga mengharuskan perempuan ketika sudah menikah harus mengikuti suami dan menjadi anggota kerabat suami termasuk keturunannya” ujar Maydin RH Gusar Sijabat yang akrab disapa bang May.

Lebih lanjut bang May menjelaskan apa saja unsur Dalihan Na Tolu, unsurnya ada tiga yakni (1) dongan sabutuha/dongan tubu, yaitu orang- orang yang memiliki marga yang sama; (2) hula-hula, yaitu marga dari mertua si suami (marga dari bapak seorang istri); dan, (3) boru (ianakhon), yaitu orang-orang yang memiliki marga yang sama dengan istri.

“Dari ke-tiga unsur di atas masing-masing mempunyai makna yang hakiki dalam implementasi Dalihan Na Tolu sampai saat ini masih dijalankan oleh semua marga yaitu; Somba marhulahula (sikap sembah/hormat kepada keluarga pihak pemberi istri/ibu atau ibu dari bapak kita), Elek marboru (sikap membujuk/mengayomi anak perempuan dan pihak yang menerima anak perempuan) Manat mardongan tubu/sabutuha (sikap berhati-hati kepada teman semarga)” beber Ketua Umum PPTS se-Jabodetabek.

Bang May menambahkan bahwa kekerabatan suku batak dalam pranata sosial menganut sistem Patrilineal di mana keturunan marga ada di anak laki-laki. Dari ke-tiga unsur tadi kita pada saatnya sebagai hula-hula, sebagai boru dan juga sebagai dongan tubu/sabutuha ” tambahnya.

“Tentunya sebagai Ketua Umum Toga Sijabat yang baru dilantik mempunyai tanggungjawab yang besar untuk kemajuan marga diberbagai bidang baik sosial maupun adat, juga kegiatan sukacita dan dukacita. Kalaupun kedepannya banyak tantangan tentunya dapat diselesaikan manakala seluruh pengurus secara kolektif kolegial saling bahu membahu di semua tingkatan, maka tantangan atau rintangan akan dapat teratasi. Tentunya kita lakukan seperti yang sudah dilakukan oleh pendahulu atau pengurus sebelumnya” pungkas bang May.

Bang Maydin juga mengatakan bahwa Toga Sijabat ada II OMPUNG :

I. OPUNG PANSUR NABOLON ;

1. Raja Gusar

2. Raja Panjabat

3. Raja Boltok

4. Raja Datu TalaII. OMPUNG HOMBAN NABOLON ;

1. Raja Tuan Diangkat

2. Raja Holbung

3. Raja Manungkuhuk.

“Leluhur kita itulah yang mewariskan sekaligus memerintahkan agar ajaran Dalihan Na Tolu di implementasikan kepada lintas generasi melalui POMPARAN TOGA SIJABAT & BORUNA SE-JABODETABEK ini. Apalagi generasi muda sekarang masih banyak yang belum mengerti atau faham soal Dalihan Na Tolu seperti apa? Dan ini merupakan tantangan pengurus yang baru untuk memberikan pemahaman tentang adat istiadat dan budaya batak melalui program yang akan disusun” tutup Maydin R.H Gusar Sijabat.