Sang Pejuang Demokrasi, Politisi Sejati Sabam Sirait Telah Pergi

Foto: Alm. Sabam Sirait, Anggota DPD R.I periode 2019-2024, Sang Pejuang Demokrasi, Politisi Sejati

Hipakad’63.news – JAKARTA

Berita dukacita datang dari pihak keluarga, yang menyatakan telah berpulang ke rumah Bapa di Surga, Bapak Sabam Sirait (Ompung Marsahala Doli), usia 85 tahun, Rabu 29 September 2021 pukul 22.37 WIB di RS Siloam Karawaci.

Sabam Sirait, Senator Indonesia, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) R.I dari provinsi DKI Jakarta itu, selama ini dikenal sebagai ‘Pejuang Demokrasi Sejati’, mulai dari kiprahnya sejak tahun 60-an hingga akhir hayatnya. Sabam dikenal sebagai sosok yang teguh pada prinsip demokrasi dan berkeadilan, serta keberpihakannya yang kental kepada kaum lemah alias ‘wong cilik’.

Sejak mahasiswa, dia sudah menjadi aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dari mulai anggota, Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) GMKI hingga pernah menjadi Pengurus Pusat GMKI di tahun 70-an. Selanjutnya, dia berkiprah di dunia politik, mulai dari Partai Kristen Indonesia (Parkindo) hingga menjadi Deklarator Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan juga sebagai Deklarator Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Foto: Alm. Sabam Sirait dikelilingi Isteri, Anak-Menantu dan cucu-cucunya

Tentu banyak peristiwa yang dilaluinya, selama menjadi politisi yang berkiprah dalam kepemimpinan 6 (enam) Presiden sejak Indonesia merdeka hingga sekarang. Termasuk ketika sebelumnya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR GR) R.I, hingga bertransformasi menjadi DPR R.I, dan beberapa kali menjadi anggota DPR R.I, maupun pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) R.I, dan terakhir anggota DPD R.I.

Berbagai pihak menilai, kepiawaian Sabam Sirait terlihat dari ketangguhannya dalam menghadapi badai politik sejak Orde Lama, Orde Baru yang penuh dinamika, serta Orde Reformasi yang makin dinamis. Termasuk kelenturannya dalam melakukan lobi-lobi politik hingga selalu kritis terhadap Pemerintah, dalam menegakkan demokrasi yang berkeadilan.

Bahkan dalam acara penghiburan yang dilakukan berbagai organisasi pada hari Sabtu (02/10/2021), pihak keluargapun mengakui, bahwa sebagian besar hidup Sabam Sirait adalah untuk politik dan perjuangan demokrasi yang berkeadilan di Indonesia. Hidupnya juga untuk banyak orang, dan waktunya harus dibagi dengan keluarga, hingga menjelang akhir hayatnya.

Sabam Sirait meninggalkan seorang istri yaitu, dr. Sondang Sidabutar, MM serta anak dan menantu: Maruarar Sirait, S.IP/ Shinta Triastuti br Sidabutar, SE; dr. Batara Imanuel Sirait, Sp.OG KFER/ Tasya Purba, S. Si; Johan Sirait SH/ Cynthia Margaretha br Sidabutar; Mira Sirait, S.Psi.  M.Sc/ Putra Nababan, BA. Beserta para cucunya: Marsahala Yoshua  Sirait, SH, Amaris Sirait; Ayra Sirait, Alaska Sirait, Alva  Sirait, Aubriel Nababan, Gabriel Nababan, dan Namora Nababan.

Adapun Riwayat Hidup Sabam Sirait, diuraikan berikut ini.

Lahir : Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatra Utara, 13 Oktober 1936
Penghargaan ​​: Bintang Mahaputra Utama
Karier:
* Anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR)  periode 1967-1973
* Anggota DPR RI  periode 1973-1982
* Anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPA-RI) periode 1983-1993.
* Anggota DPR RI periode 1992-2009
* Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), periode 2019– sekarang

Partai Politik:
*Pejabat Sekretaris Jenderal Partai Kristen Indonesia (Parkindo): periode 1963-1967
* Sekretaris Jenderal Parkindo: periode 1967-1973
* Penandatangan Deklarasi Pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), tanggal 10 Januari 1973
* Sekretaris Jenderal PDI tiga periode: periode 1973-1976; periode 1976-1981; dan periode 1981-1986
* Pendiri Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan), September 1998.
* Anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDI Perjuangan: 1998-2008.

Bagi sejumlah kader, baik aktivis organisasi kemahasiswaan, organisasi masyarakat maupun maupun organisasi politik, banyak mengungkap kesan terhadap sang Politisi Sejati ini. Di banyak WAG maupun Facebook, ungkapan masing-masing personal dapat kita amati sebagai bagian dari kedekatannya terhadap para juniornya, dimanapun ia berkiprah.

Kini semuanya tugas itu telah selesai baginya, dan ia harus menghadap ke Sang Penciptanya. Selamat jalan Sang Pejuang Demokrasi, Politisi Sejati.

Exit mobile version