Potret Kemiskinan di Pangandaran, Nenek Tinggal di Rumah Bilik Tanpa Penerangan Listrik.

HIPAKAD63.News l PANGANDARAN –

Kemiskinan sampai hari ini sepertinya masih menjadi PR (Pekerjaan Rumah) bagi Pemerintah. Salah satunya tergambar dari adanya seorang Nenek yang harus tinggal seorang diri di rumah beralaskan tanah berdinding bilik/gubuk berukuran 4 x 3 meter persegi tanpa penerangan listrik.

Kondisi memprihatinkan seperti itu dialami Nenek Atim (71) warga RT 007 RW 004 Dusun Sindangherang Desa Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran. Tanpa sanak saudara dan teman, ia harus menghabiskan hari tuanya di gubuk reot. Sudah pasti masalah ekonomi yang memaksa Nenek Atim untuk menjalani hidup seperti ini.

Bahkan, hanya untuk sekedar bisa makan saja ia tidak bisa memenuhi kebutuhan primer yang satu ini setiap hari. Apalagi, kondisi tubuhnya sudah tidak prima seperti orang muda, memasak juga hanya dengan menggunakan tungku (hawu).

Dengan kondisi tempat masak, tempat istirahat (tidur) dalam satu ruangan tanpa ada penyekat sedangkan dinding terbuat dari anyaman bambu/bilik tampak dari samping dan belakang, tampak dari depan dinding rumahnya terbuat dari GRC yang sudah kusam, dan rumah tersebut berdiri di lahan milik orang lain.

Tak cukup sampai di situ, gubuknya yang kecil itu juga sangat minim fasilitas. Untuk aliran listrik saja tidak ada. Alhasil, Nenek Atim harus mengandalkan penerangan dari lilin sebagai sumber cahaya saat malam tiba.

Kondisi gubuk yang banyak terdapat lubang terbuka otomatis membuat tubuh rentanya kedinginan ketika malam tiba. Iapun tidak bisa berbuat banyak untuk membenahi tempat ia tinggal.

“Saya gak mungkin bisa membangun gubuk ini. Karena tidak punya uang, untuk makan saja sulit,” ujarnya dengan nada lemas.

Hari demi hari dia habiskan dengan penuh perasaan was-was ketika beristirahat di dalam gubuk. Pasalnya, gubuk kecil dari bambu ini sudah nyaris roboh. Angin kencang dan hujan deras pun menjadi momok baginya lantaran takut jika mendadak roboh.

Atmi menuturkan “Saya punya anak satu tapi sudah berumah tangga, yang mana anak saya tersebut mengikuti suaminya sekarang tinggal di Galumprit Ciganjeng”, ungkap Atmi saat di temui awak media dirumahnya.

“Dua Kali berumah tangga dan kedua suami yang meninggal dunia. Dirinya ditinggal suami yang kedua sekitar empat tahun yang lalu”, papar Atmi sembari mengusap air mata.

Sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari, saya bekerja sebagai buruh tani, itu juga kalau keadaan di musim tanam padi, kalau tidak musim tanam padi ya saya nganggur, untuk makan pun kadang waktu pagi ada nasi, sore nya ngga ada, ya kadang – kadang pergi ke kerabat yang dekat, nanti pulangnya di kasih beras, melas Atmi

Dirinya berharap kalau ada bantuan dari para dermawan atau pemerintah, ingin lantai tanah di plester/tembok, dan ingin membuat dapur, kamar mandi, harapnya.

“Atmi berasal dari Dusun Cipicung Desa Karangsari, dan masih mempunyai kakak yang sekarang tinggal di CIlembu Karangsari yang bernama Ijah,”ucapnya.

Dirinya kembali menuturkan belum pernah mendapatkan bantuan seperti yang lain, cuma pernah dapat bantuan sebesar Rp 600.000,- dari Desa, terakhir menerima sekitar bulan puasa, kesininya belum pernah menerima lagi bantuan tersebut sampai saat ini belum ada lagi bantuan, apalagi bantuan yang lain seperti Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) belum pernah menerima,”paparnya.

Menurut warga sekitar Hendra (47) mengatakan, ”benar bahwa tempat tinggal Atmi berdiri di tanah milik orang lain, sama sekali dia tidak mempunyai tanah, tidak memiliki penerangan/listrik, dan rumah tersebut dibangun oleh warga sekitar, yang alat – alat bangunannya bekas gubug/saung secara swakelola”, terang Hendra.

“Saya sangat miris melihatnya, mungkin masih banyak Atmi – Atmi yang lain dipelososok – pelosok desa, yang memiliki nasib seperti Ibu Atmi. Seharusnya Pemerintah memperhatikan masyarakat yang tidak mampu, yang mana tercantum dalam isi Pasal 34 UUD 1945, (1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara, (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”, tandas Hendra.

Sementara saat dihubungi Hipakad63news Sabtu, 21/01/2022. Ketua AWP DPD Pangandaran Hendris, akan berusaha membantu Ibu Atmi sesuai kemampuannya dengan menggandeng para aghnia atau kita akan open donasi secara gotong royong dengan sistem wakaf berupa Voucher sebesar Rp 20.000,- per pemberi donasi, kalaupun ada yang mau menyisihkan rezekinya lebih dari voucher, kita tetap terima yang nantinya kita kumpulkan dan disalurkan ke Ibu Atmi.

Dengan Bissmillah niat baik tulus ikhlas karena Allah SWT, Insya Alloh pasti ada jalan pertolongan dari Alloh dan biarkan Alloh yang mengatur segalanya, kita hanya wajib berikhtiar, tutup Hendris.

Download aplikasi https://hipakad63.news untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://hipakad63.news
iOS: https://hipakad63.news

Exit mobile version