Peran Intelektual Muda/Mahasiswa Sebagai Episentrum Gerakan dalam Mencerdaskan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Redaksi

7)Kelompok intelektual itu kadang juga dipersempit secara khusus menjadi sosok intelektual seperti Nurcholish Madjid, menjadi pemikir bangsa. Kelompok ini aktif dalam pemikiran masalah bangsanya dan kerap menulis di media-media nasional seperti Kompas dan lainnya. Dosen dan profesional lain seperti arsitek dimasukkan juga sebagai golongan intelektual.

8)Peranan intelektual ada banyak dan berbeda-beda sesuai kategorinya. Peran pertama adalah peranan profesional yang jika sudah lulus menjadi Sarjana maka dia akan menjalankan peran-peran profesional sesuai bidang keahliannya. Peranan-peranan itu sangat tradisional, konservatif, biasa saja dan tidak punya elan khusus. Hidupnya mengalir saja.

9)Tetapi golongan intelektual cendekia pasti berbeda. Dia harus punya kepekaan terhadap situasi sosial politik ekonomi di sekitarnya. Kedua, Peranan intelektual yang lebih dalam telah disebutkan dalam Al Quran sebagai mereka yang selalu membaca dengan jeli ayat Kauniyah dan ayat-ayat Kauliyah, dengan rajin menyimak tanda-tanda alam sekitar. Pendeknya mereka menjadi intelektual yang curiosity yang dalam terhandal kehidupan alam semesta, sosial dan peradaban. Mereka akan aktif di berbagai bidang riset, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan seterusnya. Itu adalah kelompok intelektual yang mempunyai peran lebih ketimbang hanya menjalankan peran profesionalnya saja.

10)Peran Ketiga, di negara berkembang peran intelektual menjadi sangat penting, dan biasanya mereka adalah kelompok muda yang belum mapan, karena dia melihat secara dalam sistem sosial politik di sekitarnya selalu timbul masalah. Dia akan menemui adagium “Power Tends to Corrupt, but Absolute Power Corrupt Absolutely..!”.

11)Ada teori evolusi kekuasaan dari pemenang nobel bidang ekonomi. Evolusi atau asal mula kekuasaan sebenarnya bermula dari sekumpulan bandit pada dulu kala. orang yang berkuasa sebelum ada sistem pemerintahan pada suatu masyarakat, yang berkuasa adalah mereka yang mempunyai kekuasaan, keunggulan fisik, memiliki aneka senjata, postur tubuh kuat dan besar, punya kelompok garang, da lain-lain. Hal itu yang oleh Olson, pemenang nobel ekonomi adalah tahap Pertama dari evolusi Kekuasaan. Jadi penguasa di zaman itu adalah para bandit dan perompak, sebagai evolusi pertama kekuasaan atau dinamakan Roupin.

12)Namun di antara kelompok pengganas tersebut ada sekelompok kecil bandit yang berpikir bahwa jika seterusnya menjadi kelompok perompak, maka lama kelamaan kekerasan juga akan menimpa dirinya. Maka kemudian mereka membentuk sistem sosial yang lebih maju sebagai evolusi Kedua dari Kekuasaan yakni dengan menjalankan sistem Upeti kepada masyarakat. Mengambil upeti dan mereka tumbuh dengan menetap bercocok tanam di suatu tempat bermodalkan upeti benih padi misalnya. Disebut dengan Stationary Bandits.

13)Evolusi Kekuasaan Ketiga, baru muncul Rule of Law dengan pintu filsafat, hak asasi manusia, sistem hukum dan lain-lain. Jadilah para bandit itu ber-metamorphose menjadi Negarawan karena mengikuti rule of law, peradaban modern, dan humanis. Jadi Negarawan atau politisi di dalam kekuasaan itu harus diingat asal muasalnya dari para bandit yang berevolusi. Jika dia bertindak melanggar hukum yang ada, maka negarawan itu menjadi bandit lagi. Para anggota parlemen, polisi yang melanggar hukum disebut legal bandits.