Menciptakan Budaya Literasi bagi Anak-Anak Sekolah dalam Menyongsong Abad Keterampilan

Redaksi

HIPAKAD63.NEWS | TANGERANG,-

Keprihatinan terhadap daya literasi anak menjadi perhatian utama pemerintah dan masyarakat pendidikan. Hingga saat ini, peringkat literasi Indonesia masih berada di titik yang rendah. Data berikut ini menunjukkan kondisi tersebut. Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengeluarkan data peringkat nilai Programme for International Student Assessment PISA Indonesia (2018) antara lain, nilai kompetensi membaca berada pada peringkat 72 dari 77 negara. Nilai matematika berada peringkat 72 dari 78 negara, dan nilai sains: peringkat 70 dari 78 negara. Data lain dari perpustakaan kemendagri (23 Maret 2021) menunjukkan kemampuan literasi anak Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70 negara. Badan Bahasa juga menerbitkan judul artikel bahwa kondisi literasi Indonesi sedang tidak baik-baik saja (19 Mei 2023). Keprihatinan serupa juga ditunjukkan oleh anggota DPR, Syaiful Huda atas rendahnya Indeks Literasi Indonesia (7 April 2023). Memperhatikan situasi tersebut sebenarnya pemerintah juga terus berupaya menggalakkan literasi, misalnya dengan mendorong budaya literasi, menargetkan budaya literasi hingga 70 -an persen, menetapkan budaya literasi dalam peraturan presiden, dukungan pemerintah daerah, penyusunan roadmap program literasi pemerintah, juga dukungan dari perpusnas.

Upaya pemerintah juga direalisasikan dalam skema ujian di sekolah. Sejak 2021, (Mendikbud) Nadiem Makarim mengubah ujian nasional (UN) menjadi asesmen kompetensi minimum (AKM) dan survei karakter. Soal-soal AKM terdiri dari literasi dan numerasi. AKM numerasi terdiri dari beberapa level, yakni level pemahaman konsep, level aplikasi konsep, dan level penalaran Konsep. AKM Literasi terbagi atas level penalaran konsep, level mencari informasi dalam teks, serta level literasi membaca (Pusat Asesmen Pendidikan, 19 April 2021).

Upaya yang tidak kalah menarik yang dilakukan pemerintah juga adalah dengan memasukkan sastra ke dalam kurikulum. Pemerintah berharap, dengan masuknya sastra ke dalam kurikulum, akan dapat meningkatkan minat baca. Dengan membaca sastra akan timbul penghargaan terhadap keindahan bahasa sastra, tumbuh kepekaan, melatih berpikir kritis, kreatif,serta mentalitas yang matang. Melalui kegiatan membaca satra, anak-anak dapat meningkatkan pemahamannya terhadap kehidupan, belajar mencermati permasalahan dan mampu belajar mengatasi persoalan hidup. Membaca sastra berarti membaca hakikat kebenaran, keadilan, dan juga kearifan. Nilai-nilai seperti kejujuran, perjuangan, integritas, moralitas, etika, dan estetika akan memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam membentuk pribadi anak-anak. Kecintaan terhadap karya sastra juga dapat merangsang anak-anak mencintai buku-buku bacaan umum sehingga literasi dapat ditingkatkan.

Di tingkat sekolah, pembangunan budaya literasi dapat tercipta apabila program kegiatan literasi dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Selama kegiatan literasi belum dilakukan secara menyeluruh, kegiatan literasi sesungguhnya belum menjadi budaya. Sebagai suatu contoh, guru dapat menyusun proyek pembelajaran yang bersinergi dengan beberapa mata pelajaran. Produk pembelajaran ditindaklanjuti dalam bentuk publikasi seperti koran sekolah online atau koran sekolah dinding yang dipasang di sepanjang lorong sekolah.Program ini harus berkesinambungan, dan yang lebih utama adalah feedback yang diberikan untuk meningkatkan kemampuan anak-anak. Di sekolah juga dapat diadakan lomba dalam kegiatan literasi untuk meningkatkan prestasi yang lebih baik.

Indeks literasi yang baik akan dapat memberikan bekal bagi generasi muda agar tidak hanya dapat bertahan dalam menghadapi pesatnya era industri yang serba digital. Namun juga memampukan mereka dapat bersaing dalam kompetisi global. Untuk itu kemampuan kognitif, komunikasi, kreativitas, kolaborasi, dan toleransi menjadi keniscayaan bagi identitas generasi Indonesia yang akan datang. Kemampuan literasi akan sangat berpengaruh bagi bangsa Indonesia yang maju dan berkepribadian unggul.

Penulis : Dr. Abednego Tri Gumono, M.Pd. dosen Universitas Pelita Harapan Tangerang