Mantan Ephorus HKBP Pdt. Dr. SAE Nababan Berpulang, Ephorus Pdt. Dr. Robinson Butar-butar Ungkapkan Ketokohan Almarhum

Redaksi
Foto (ist): Saat Sang Emeritus Ephorus Pendeta Dr. SAE Nababan masih berjuang pada detik-detik terakhir, bersama anggota keluarga
Foto (ist): Saat Sang Emeritus Ephorus Pendeta Dr. SAE Nababan masih berjuang pada detik-detik terakhir, bersama anggota keluarga

Hipakad’63News, JAKARTA

Emeritus Ephorus Pendeta Dr. SAE Nababan, LID, diketahui telah berpulang ke rumah Bapa di Surga, Sabtu 8 Mei 2021, pukul 16.18 WIB, di RS Medistra Jakarta.

Kabar duka beredar di berbagai laman media sosial, antara lain di sosial media WA Senior GMKI Jakarta, sore hari beberapa menit setelah kepastian berpulangnya tokoh yang sangat disegani di tahun 90-an hingga 2000-an itu.

Pemilik nama lengkap Pdt. Dr. Soritua Albert Ernst Nababan LlD ini berpulang di usianya yang sudah sangat sepuh, 88 tahun. Pendeta SAE Nababan lahir di Tarutung 24 Mei 1933.

Sederet atribut yang diketahui sejak lama ada padanya, mulai dari: Senior GMKI, Sekum PGI, Ketua Umum PGI, Presiden Dewan Gereja-Gereja Sedunia hingga Emeritus Ephorus HKBP, yang sekaligus juga menjadi kiprah perjalanan karirnya sebaga Teolog yang dikenal sangat memiliki pendirian teguh.

Mengetahui meninggalnya Pendeta Dr. SAE Nababan, awak media ini meminta tanggapan Ephorus HKBP periode 2020-2024, Pdt. Dr. Robinson Butar-butar, M.A melalui jaringan WA, dan menyatakan sangat menghargai perjuangan beliau kepada HKBP dan Gerakan Oikumene.

“Kita, HKBP dan Gerakan Oikumene sedunia bersyukur kepada Tuhan atas hidup, karya dan perjuangan hambaNya, Pdt Dr Soritua Nababan. Di seluruh dunia, ia merupakan salah seorang dari tokoh sedunia Gerakan Oikumene,” ungkapnya kepada media ini, Sabtu (08/05/2021) pukul 18.17 WIB.

Menurut Ompui Ephorus HKBP Pdt. Dr. Robinson Butar-butar, sosok Emeritus Ephorus Pendeta Dr. SAE Nababan tengah bangsa, beliau merupakan teolog keadilan dan kemerataan.

“Di tengah bangsa kita, ia merupakan teolog keadilan dan kemerataan. Bagi para pejuang  keadilan dan perdamaian ia inspirator dan penopang,” lanjutnya.

Foto: Ephorus HKBP, Pdt Dr Robinson Butar-butar, MA
Foto: Ephorus HKBP, Pdt Dr Robinson Butar-butar, MA

Sementara, bagi pribadi Ompui Ephorus HKBP Pdt. Dr. Robinson Butar-butar, sosok seniornya tersebut merupakan guru tentang pentingnya gereja berubah.

“Bagi saya secara pribadi ia merupakan guru tentang pentingnya gereja berubah dari kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan firman Allah dan kehendak Allah Tritunggal, walaupun dengan resiko,” pungkasnya.

Dilansir dari website Saenababan.com, Pendeta Dr. SAE Nababan lebih banyak dikenal generasi menjelang era reformasi. Baik oleh warga jemaat HKBP maupun para aktivis demokrasi kala itu.

Dia adalah salah satu pendeta yang cukup kritis terhadap Orde Baru, terkait persoalan kemanusiaan, hukum dan keadilan. Hal ini yang banyak membuatnya harus berhadap-hadapan dengan kepentingan penguasa. Bahkan saat itu ada intervensi rezim Orba pada krisis HKBP 1992-1998, dimana ia menjadi pimpinan sinode gereja tersebut.

Sebagai Ephorus HKBP, kepemimpinannya diintervensi Bakorstanasda. Sehingga terjadilah kisruh bertahun-tahun di tubuh HKBP, yang mengakibatkan timbulnya dualisme kepemimpinan.

Tak heran, jika hal inilah yang membuatnya dekat dengan dengan tokoh progresif masa itu seperti K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri dan Amien Rais. Itu pula yang membuatnya terlibat dalam memfasilitasi pertemuan dan mengkonsolidasikan kekuatan sosial-politik jelang reformasi.

Refleksinya segar dan tajam serta menyorot hal-hal esensial terkait penghayatan iman Kristiani di tengah zaman yang terus berubah. Disiplin diterapkan di keluarganya sejak kecil, saat studi teologia yang digelutinya di STT Jakarta hingga meraih sarjana Theologia tahun 1956. Di usia sangat muda 30 tahun, iapun meraih doktor Theologia dari Universitas Heidelberg Jerman tahun 1963.

Aktivitasnya di kegiatan Oikumenis dunia sejak masih muda, hingga pengalaman praktisnya memimpin gereja dan lembaga gerejawi, nampaknya memberi andil besar pada kedalaman ide dan pemikiran yang diwacanakannya.

Pdt. SAE Nababan dikenal dengan disiplinnya yang sangat tinggi. Termasuk ketegasannya tak kenal kompromi dan sulit ditawar. Karena inilah dia pernah menghadapi cobaan serius di masa rezim orde baru.

Di lingkup internasional Nababan pernah jadi Sekretaris Pemuda Dewan Gereja Asia 1963-1967, Presiden Dewan Gereja Asia 1990-1995, Wakil Ketua Komite Dewan Gereja Dunia 1983-1998, Wakil Presiden Federasi Lutheran se-Dunia, Ketua Vereinte Evangelische Mission.

Puncaknya dalam Sidang Raya ke-9 Dewan Gereja se-Dunia (WCC) di Porto Alegre, Brasil tahun 2006, Nababan terpilih menjadi Presiden World Council of Churches (Persekutuan Gereja Sedunia). Nababan adalah seorang teolog terkenal dan mantan Ephorus Huria Kristen Batak Protesan atau HKBP, salah satu gereja Lutheran terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara.

Terakhir diketahui, peluncuran buku catatan perjalanan Dr Soritua Albert Ernst Nababan berjudul “Selagi Masih Siang” dilgelar pada Sabtu, 15 Agustus 2020. Peluncuran ini diisi diskusi dan refleksi terkait hal-hal yang diunggah dalam buku melalui melalui zoom meeting dan live facebook.

Selain penulis, Pdt Dr SAE Nababan, buku ini juga akan ditanggapi beberapa panelis, yakni Ketua Umum PGI 2014-2019, Pdt. Dr. Henriette Lebang, mantan Menristek Muhammad AS Hikam PhD, dan Uskup Agung Jakarta Prof Dr Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo.

Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui kepastian dimana jenazah disemayamkan, dan kapan dikebumikan serta dimana tempat pengebumian. Pihak-pihak terkait juga belum merespons hingga tadi malam. DANS/BIN